Berlibur Bersama
ke Air Terjun Coban Sewu
Pada hari Minggu, seperti biasanya
aku dan keluargaku secara rutin beraktivitas jalan pagi di wilayah Lembah
Dieng. Kami berangkat dari rumah sekitar pukul
06;30 pagi dan sampai pada lokasi jalan pagi pada pukul 07:00 pagi.
Selesainya jalan pagi, kami memutuskan untuk pulang dan berganti pakaian.
Beberapa saat setelahnya, mamaku memutuskan untuk mengajak kami sekeluarga
untuk berlibur bersama menuju sebuah destinasi wisata alam yaitu air terjun.
Kebetulan kami sekeluarga sudah lama sekali tidak berwisata ke alam untuk
mencari udara segar dan menikmati pemandangan alam yang indah. Akhirnya kami
telah bersepakat untuk berlibur ke air terjun Coban Sewu yang tepatnya berada
di daerah Lumajang. Aku dan kedua kakak perempuanku seketika langsung antusias
dan senang karena liburan ini diadakan secara mendadak dan tanpa rencana
apapun. Keluargaku akhirnya bersiap-siap untuk segera berangkat ke tempat
wisata tersebut. Namun, mama mengusulkan untuk mengajak om dan tanteku supaya
liburan ini lebih ramai dan mengasyikan. Liburan ini merupakan quality timeku
bersama keluarga setelah beberapa lama tidak pernah berpergian bersama akibat
kesibukan masing-masing dari kami. Setelah beberapa lama, om dan tanteku sampai
di rumahku dengan membawa motor. Mereka manaruh motornya di rumah kami. Setelah
kedatangan mereka, kami memutuskan untuk segera berangkat.
Kami pun berangkat dari rumah pada
pukul 10:00 pagi dengan lancar dan penuh kesiapan. Dalam perjalanan, aku dan keluargaku
berbincang-bincang dan bergurau ria sambil menikmati lamanya perjalanan. Tak
disangka waktu sudah menunjukkan pukul 11:30 siang yang berarti bertanda bahwa
kita hampir sampai ke tujuan karena waktu perjalanan diperkirakan 2 jam. Kami
pun tidak sabar untuk melihat dan menikmati indahnya pemandangan air terjun
Coban Sewu. Sesampainya di tempat tujuan, kami sekeluarga segera memarkirkan
mobil dan segera turun karena sudah tidak sabar untuk melihat air terjunnya.
Namun seorang warga disekitar situ
melihat kami semua yang menggunakan sepatu dan
menghimbau kami supaya tidak memakai sepatu ketika menuju tempat air
terjun, karena kemungkinan sepatu yang digunakan akan basah karena wilayah jalanan
meuju air terjun tersebut cenderung becek karena bekas terkena hujan, sehingga
hal tersebut dapat membuat seatu kita kotor. Beruntungnya kami, disana terdapat
sebuah warung yang menjual sandal japit. Kami pun segera membeli sandal
tersebut sesuai dengan ukuran kaki kami masing-masing. Tak lama, kami pun
langsung menuju ke tempat air terjun Coban Sewu, tidak disangka jalan menuju
tempat tersebut agak jauh dan kondisi jalanan yang digunakan masih bersifat
alam yakni, masih berupa tanah setapak yang dilengkapi dengan bebatuan yang
membuat kami seringkali tersandung dan terluka karena tergores bebantuan selama
perjalanan.
Dalam perjalanan menuju tempat air
terjun, terdapat kebun kelapa sawit yang rindang dan disertai angin yang
sepoi-sepoi. Seketika suasana menjadi tenang dan sejuk ketika melewati kebun
tersebut. Kami pun melewatinya dengan hati yang penuh penasaran bagaimana
indahnya pemandangan air terjun nantinya. Kami berjalan kembali melewati tanah
bebatuan yang berliku-liku dan kebetulan kondisi jalanan juga menurun, sehingga
kami harus berhati-hati agar tidak terpeleset akibat jalanan yang licin
tersebut. Setelah beberapa lama, kami telah sampai pada Air terjun Coban sewu
dengan kondisi badan yang cukup melelahkan setelah berjalan sekitar 2 km.
Tetapi, kekelelahan badan kami seketika hilang dan terbayarkan oleh indahnya
pemandangan air terjun yang mengelilingi tebing-tebing yang tinggi.
Tiba-tiba ada seorang pengunjung lain
yang menyapa dan memberitahu kami bahwa ada jalan untuk menuju bawah tebing dan
banyak juga orang yang turun karena ingin melihat air terjun dari bawah.
Seketika kami bingung mengenai apa yang dikatakan pengunjung tersebut. Karena
kebingungan, akhirnya pengunjung tersebut menunjukkan kepada kita jalan menuju
bawah tebing. Pada saat kami melihat jalan yang ditunjukkan tersebut, seketika
kami merasa kaget dan bingung karena jalanan yang ditunjukkan oleh pengunjung
tersebut adalah sebuah tangga yang terjal dan dan tampak ringkih, serta tidak
ada alat pengaman apapun yang disediakan. Kami pun menolaknya karena terlalu
berbahaya bagi keselamatan kami. Namun pengunjung itu berkata lagi bahwa
pemandangan dibawah itu benar-benar jauh lebih indah daripada hanya lewat atas
tebing, dan pengalaman melihatnya dari bawah tidak dapat dirasakan dua kali.
Aku dan kedua kakak perempuanku
akhirnya mempertimbangkan hal tersebut karena kapan lagi kita berada di tempat
ini lagi. Oleh karena itu, selagi kami berada disini kami akan mencoba turun kebawah
melewati tangga yang disediakan tersebut. Namun, mama masih memiliki ketidakyakinan
kepada kami untuk melewati tangga tersebut karena cara menuruni tangga tersebut
menghadap ke depan sehingga kami berjalan secara mundur. Namun pada akhirnya,
mama mengijinkan kami untuk menuruni tangga tersebut tetapi dengan bijaksana ia
memberikan konsekuensi kepada kami, yakni keselamatan kami adalah tanggung
jawab kami sendiri, jadi jika terjadi apa-apa itu adalah resiko yang kami
tanggung sendiri. Aku dan kedua kakak perempuanku menuruni tangga tersebut
dengan perlahan-lahan sedangkan mamaku serta om dan dan tante tinggal diatas
karena merasa mustahil untuk turun apalagi umur mereka yang tidak lagi muda
seperti kami, sehingga pasti akan kesusahan untuk melakukannya. Setengah
perjalanan telah kami lalui, kami merasa sangat kelelahan dan takut bagaimana
jika tidak bisa sampai ke bawah. Namun, disaat kami putus asa, anggota keluarga
yang tinggal diatas menyemangati kami dari atas. Hal tersebut membuat semangat
dalam diri kami tumbuh lagi dan kami pun melanjutkan menuruni tangga tersebut. Akhirnya
kami sampai di tangga paling bawah dan kami merasa sangat lega setelah
mencapainya.
Seketika, suara derasnya air terjun
dan sejuknya angin membuat penat yang kami rasakan selama ini terlepas bebas
dari dalam benak kami, ditambah matahari bersinar terang pada hari itu.
Pepohonan disana serasa melambai-lambai karena terkena angin. Kelelahan kamipun
akhirnya tergantikan ketika melihat pemandangan tersebut. Kami melihat betapa
indahnya pemandangan air terjun itu dari bawah. Perkataan pengunjung tersebut
benar bahwa keindahan di bawah sini jauh lebih indah dari atas tebing. Kamu pun
mengabadikan momen tersebut dengan mangambil beberapa foto menggunakan
handphone dan kamera yang berlatar belakang pemandangan indah air terjun Coban
Sewu yang tidak dapat disia-siakan karena momen ini mungkin tidak dapat
dirasakan dua kali dalam hidup ini, apalagi kita menikmati pemandangan ini
bersama keluarga. Hal tersebut merupakan salah satu pengalaman paling langka
dan indah yang pernah kurasakan dalam hidup ini. Aku bersyukur dan berterima
kasih karena aku dapat merasakan momen tersebut.
Hari pun sudah sore kami akhirnya
kembali keatas lagi menggunakan tangga tadi. Anehnya, ketika kita kembali ke
atas tebing, menaiki tangga tersebut serasa sangat cepat dan mudah, berbeda
dengan saat kita turun. Kami pun segera bersiap untuk segera pulang karena
langit sudah mulai gelap dan jam sudah menunjukkan pukul 16:30 sore. Kami
segera memasuki mobil dan berangkat pulang. Di mobil kami sudah merasa sangat
kelelahan, sehingga selama perjalanan kami beristirahat dalam mobil dengan
pulas. Setelah beberapa lama, kami pun telah sampai di rumah. Om dan tanteku
berpamitan kepada kami untuk pulang ke rumah mereka. Sesudahnya, kami segera
beristirahat karena hari itu cukup melelahkan untukku dan keluargaku.
KODA
:
Usaha
tidak akan menghianati hasil yang kita inginkan. Suatu usaha akan membuat kita
semakin dekat dengan apa yang kita inginkan. Seperti dalam cerpen, kami
berusaha dengan keras dalam menuruni tangga yang terjal dan ringkih dalam
rangka ingin melihat pemandangan air terjun yang begitu indah. Usaha yang kita
lakukan pasti setimpal dengan hasil yang akan kita peroleh kedepannya. Oleh
karena itu, janganlah bermalas-malasan jika ingin menggapai suatu mimpi yang
tinggi.
Ini adalah fotoku saat berkunjung kesana